Malam Tasyakuran PMI ke-80 di Sampang : Delapan Dekade Menebar Kebaikan

Sakalangkong.com - Selalu Menginpirasi Indonesia. Aula Wakil Bupati Sampang pada Minggu malam, 14 September 2025, berubah menjadi ruang penuh cahaya dan kehangatan. Pukul 18.30 acara dimulai, namun sejak sebelum itu orang-orang sudah berdatangan. Mereka datang dengan wajah sumringah, dari pejabat daerah, tokoh masyarakat, relawan Palang Merah Indonesia, hingga warga biasa yang ingin ikut merasakan kebersamaan. Malam itu, tidak ada sekat. Semua hadir sebagai keluarga besar PMI, sebagai manusia yang disatukan oleh semangat kebaikan.

Spanduk besar yang terpasang di dinding aula menjadi saksi. Di situ tertulis jelas: Malam Tasyakuran HUT PMI Ke-80 Tahun 2025. Wajah para pemimpin daerah terpampang gagah dengan seragam putih, sementara slogan sederhana namun kuat terpajang di sisi atas: Tebarkan Kebaikan. Sebuah pesan yang tidak hanya sekadar ajakan, melainkan cermin dari perjalanan panjang PMI selama delapan dekade.
PMI lahir pada 17 September 1945, hanya sebulan setelah proklamasi kemerdekaan. Artinya, usianya sama tuanya dengan republik ini. Delapan puluh tahun adalah rentang yang panjang untuk sebuah organisasi yang hidup dari kerja sukarela. Dalam kurun itu, PMI hadir dalam begitu banyak peristiwa: menolong korban perang, bencana alam, wabah, dan berbagai krisis kemanusiaan lain. Di Sampang, cerita itu terasa nyata. Kita sering melihat para relawan PMI hadir di garis depan, menolong tanpa banyak bicara, mengulurkan tangan tanpa pamrih.

Malam tasyakuran ini, sebenarnya bukan pesta. Ia lebih tepat disebut jeda. Sebuah titik perhentian sejenak untuk menoleh ke belakang dan mengingat bahwa semua kerja keras relawan itu telah menyelamatkan begitu banyak nyawa. Ada ibu-ibu yang anaknya selamat karena donor darah, ada korban banjir yang kembali bisa tersenyum karena bantuan PMI. Kisah-kisah kecil itulah yang membuat 80 tahun PMI menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar angka.
Wakil Bupati yang malam itu hadir dengan wajah penuh semangat tidak sekadar tampil sebagai pejabat. Ia hadir seperti bagian dari keluarga besar PMI itu sendiri. Ucapannya sederhana: “PMI adalah rumah kita semua.” Rumah memang kata yang pas. Sebab di dalam rumah, orang menemukan tempat untuk pulang, tempat untuk berbagi, dan tempat untuk merasa aman. Relawan PMI telah menjadi rumah bagi banyak orang yang sedang berada di titik terendah dalam hidupnya.

Suasana malam itu cair. Doa-doa dibacakan dengan khidmat, musik mengalun dengan lembut, tepuk tangan sesekali terdengar. Namun yang paling kuat terasa bukanlah seremonialnya, melainkan energi kebersamaan. Orang-orang saling menepuk bahu, saling tersenyum, saling menguatkan. Bahkan ketika jam sudah menunjukkan waktu larut, tidak ada yang terburu-buru pulang. Semua betah berlama-lama, seolah tidak ingin kehilangan momen kebersamaan itu.

Menjelang akhir acara, doa bersama dipanjatkan. Semua kepala menunduk. Hening sejenak, lalu suasana terasa syahdu. Doa itu seolah menegaskan harapan bersama: agar PMI terus menjadi cahaya kemanusiaan, di Sampang, di Madura, di seluruh Indonesia. Malam itu, orang-orang pulang dengan hati yang lebih ringan, lebih hangat. Dengan keyakinan bahwa menebar kebaikan memang tidak pernah salah, dan selalu menemukan jalannya sendiri.

Posting Komentar untuk "Malam Tasyakuran PMI ke-80 di Sampang : Delapan Dekade Menebar Kebaikan"

Skillpedia