Sakalangkong.com - Selalu Menginpirasi Indonesia. Di suatu sudut dunia yang penuh dengan gedung tinggi dan lampu neon yang bersinar terang, manusia seakan lupa akan satu hal yang paling mendasar: keberadaan Tuhan. Kini, mereka lebih banyak berbicara tentang angka-angka, grafik naik turunnya pasar saham, dan bagaimana setiap detik waktu yang terlewatkan adalah peluang yang hilang untuk mengumpulkan lebih banyak uang. Mereka telah menggantikan Tuhan dengan uang, dan menganggap uang adalah segala-galanya.
Sebelumnya, manusia memahami bahwa hidup ini adalah anugerah dari Tuhan, yang harus dijalani dengan penuh rasa syukur. Mereka tahu bahwa kebahagiaan sejati tak pernah bisa dibeli dengan uang. Namun, kini, seolah Tuhan hanya menjadi bayang-bayang yang semakin redup di balik hiruk-pikuk dunia materi. Uang, seolah-olah, telah menjadi Tuhan yang baru. Orang-orang berlomba-lomba mengejar kekayaan, dengan berbagai cara, tanpa lagi peduli apakah cara itu halal atau tidak. Tidak ada lagi batasan moral yang menghalangi mereka, selama uang yang mereka kejar semakin mendekat.
Keberhasilan seseorang kini diukur dari banyaknya uang yang ia miliki. Pekerjaan dianggap mulia hanya jika mampu menghasilkan pundi-pundi yang melimpah. Pendidikan bukan lagi untuk meningkatkan kualitas diri, tetapi untuk mendongkrak peluang mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan gaji tinggi. Bahkan hubungan manusia, yang dulu dihargai dengan rasa saling peduli, kini sering kali tergerus oleh kepentingan ekonomi. Teman, sahabat, bahkan keluarga pun kadang dipandang sekadar alat untuk meraih tujuan materi. Semua itu dilakukan demi satu hal: uang.
Tak jarang, kita melihat fenomena yang menggelisahkan. Mereka yang lebih fokus pada pengumpulan uang mulai kehilangan nilai-nilai luhur yang seharusnya menjadi pedoman hidup. Kepedulian terhadap sesama memudar, dan rasa empati hanya menjadi kata yang diucapkan tanpa makna. Banyak yang merasa cukup dengan memiliki rumah mewah dan mobil mahal, tanpa mempertanyakan kembali apakah mereka sudah cukup berbagi dengan yang membutuhkan. Uang telah membuat mereka lupa bahwa di luar sana, ada banyak orang yang hidup dalam kesusahan.
Padahal, uang hanyalah alat. Ia tidak akan bisa memberi arti sejati pada hidup jika kita hanya menganggapnya sebagai tujuan. Uang bisa membeli kemewahan, tetapi tidak bisa membeli kebahagiaan sejati. Uang bisa membuat seseorang terlihat hebat di mata dunia, tetapi tidak bisa mengubah kehormatan atau integritas seseorang. Uang juga bisa membeli keinginan, tetapi tidak bisa membeli kedamaian hati. Dan yang paling penting, uang tidak bisa menggantikan Tuhan dalam kehidupan manusia.
Kini kita berada di persimpangan jalan. Kita dihadapkan pada pilihan antara mengejar uang tanpa henti atau mengembalikan fokus kita kepada Tuhan. Kita lupa bahwa Tuhanlah yang memberikan segala yang kita miliki. Ketika uang menjadi tuhan, manusia menjadi buta. Buta akan nilai-nilai kemanusiaan, buta akan kasih sayang, dan buta akan tujuan hidup yang lebih besar daripada sekadar menumpuk harta.
Mungkin, inilah saatnya bagi kita untuk menoleh sejenak, mengingat kembali apa yang sesungguhnya penting dalam hidup ini. Sebagai manusia, kita perlu menghargai apa yang sudah diberikan Tuhan kepada kita dan tidak terperangkap dalam kejaran uang yang tiada habisnya. Ketika kita mulai mengutamakan Tuhan, baru kita akan merasakan betapa uang, meski penting, bukanlah segalanya.
Di tengah dunia yang terjebak dalam persaingan dan ambisi materi, mari kita ingat bahwa uang memang penting, tetapi Tuhan jauh lebih penting. Karena di akhirnya, yang kita bawa bukanlah harta, tetapi amal dan perbuatan yang kita lakukan selama hidup.

Posting Komentar untuk "Menggenggam Uang, Melepaskan Tuhan"